Bantuan Gempa Padang

Bismillah

Berangkat dari kepedulian untuk menyuarakan ajakan "Mari bantu" kami berusaha menyediakan berita-berita adn artikel terkait peristiwa ini.
Bantuan anda tidak hanya dapat berupa materil, justru keprihatinan anda dan doa anda tidak kalah penting.
InsyaAllah dengan semangat taubat dan tafakkur Indonesia akan lebih tenang dan damai.

Adapun materi yang kami sediakan :
1. Berita dan artikel media menyangkut peristiwa ini
2. Daftar rekening Bank untuk menyalurkan Bantuan
3. berita dan artikel terkait

InsyaAllah semuanya akan kami sediakan. Semoga amal perbuatan ini dipandang baik oleh Allah Subhanahu wa ta'ala.


Sabtu, 03 Oktober 2009

Koordinasi Penanganan Gempa Masih Kacau

Sabtu, 03 Oktober 2009
TEMPO Interaktif, Padang -Hari kedua gempa Sumatera Barat nyaris tanpa penanganan berarti. Minimnya peralatan dan personil, hingga tidak adanya koordinasi yang jelas, membuat penanganan terkesan lamban dan amburadul.

Korban gempa di dua kawasan, kota Padang dan Pariaman, terpaksa menangani persoalannya sendiri. “Sampai saat ini belum ada bantuan dari pihak mana pun dan dari siapa pun, termasuk dari kecamatan,“ ujar Kepala Desa Cubadak, Kecamatan Sungai Limau, Padang Pariaman, Darjis Mansyur, Jumat (2/10).

Darjis Masnyur menyebut, dari 357 kepala keluarga atau sekitar 2.000 jiwa warganya, hampir seluruhnya kini terpaksa mondok di tenda- tenda yang dibuat warga di rumahnya masih-masing.

"Ini daerah yang sangat parah. Semua rumah hampir rubuh. Dua warga tewas, 170 luka parah dan ringan. Kami tidak bisa apa-apa,” kata Darjis. “Makan, minum dan berobat oleh warga sendiri.”

Dari pantauan Tempo pada hari pertama dan kedua pascagempa, di dua kabupaten masing-masing Padang Pariaman dan Kabupaten Agam, setidaknya 4 wilayah pada tiga kecamatan masing-masing Sungai Limau, Kecamatan Sintuk dan Kecamatan Nan Sabaris dan Kecamatan Sintuk Toboh mengalami bencana terparah. Ratusan rumah terlihat ambruk rata dengan tanah.

Namun, hingga hari kedua, seluruhnya dipastikan belum mendapat bantuan apa pun. “Tidak ada yang datang. Ketua RT pun tidak,“ ujar Saharuddin Ambai, warga desa Simpang Toboh, Kecamatan Sota Toboh Gadang.

Saharuddin Ambai menyebut, dari 7 anggota keluarga, empat di antaranya mengalami luka serius. Dua luka akibat tertusuk pecahan kaca, dua lainnya patah tangan. Keempat anggota keluarganya kini terpaksa dirawat di tenda darurat di depan rumah.

Sementara itu, hampir di setiap persimpangan lajur jalan utama Lubuk Basung – Sungai Limau, hingga Lubuk Alung, terlihat warga mendirikan posko-posko bantuan bencana. Namun, posko dimaksud lebih pada meminta sumbangan dari kendaraan-kendaraan yang melintas.

"Kami sudah mendapat izin kepala desa. Kami memang minta bantuan kepada siapa pun yang lewat. Tapi tidak memaksa, “ ujar Zaini, Ketua RT Toboh gadang, Kecamatan Sintuk Gadang. “Posko bikinan kami sendiri dan untuk kami.“

Pemandangan serupa juga terlihat di hampir semua lokasi gempa di Kota Padang. Pantauan Tempo di berbagai lokasi, warga nyaris menangani persoalannya sendiri. Jika ada penanganan, itu telihat hanya di beberapa lokasi gedung, di mana para korban masih tertimbun di reruntuhannya.

Sejumlah keluarga korban menyebut, hampir 48 jam tim penyelamat bekerja dinilai tidak maksimal. “Sudah sejak malam hingga kini, anakku masih tertimbun di dalam. Tim penyelamatan seperti tidak bekerja saja," ujar Op Maxwell Sipayung, orang tua Sri Faulita Sipayung, mahasiswa semester III Sekolah Tinggi Ilmu bahasa Asing Prayoga Padang yang masih terjebak di reruntuhan gedung bersama 14 mahasiswa lainnya.

Menurut Sipayung, sejak datang ke kampus, pada malam kejadian hingga hari kedua ini, pihaknya nyaris tidak tahu mau berbuat apa pun kecuali
menangis. “Tidak ada yg bisa ditanya dan tidak ada yang bisa membantu. Baru pagi tadi ada tim tentara yang datang, “ ujar Op Maxwell Sipayung.

* * *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar